KTI Profil penggunaan obat anti diabetes



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di sertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau definisi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pangkreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999) dikutip dari ( Depkes RI, 2006).
Diabetes di juluki “silent killer” atau “pembunuh yang senyap”. Data WHO tahuun 2009 mengungkapkan fakta mencenggangkan bahwa penderita diabetes di indonesia mencapai 8 juta orang, dan menempatkan indonesia pada urutan ke-4 negara di dunia yang memiliki jumlah penderita diabetes tertinggi (Wibowo, 2013).
Obat merupakan salah satu komponen yang taktergantikan dalam pelayanan kesehatan.Obat adalah bahan atau panduan bahan yang di gunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka menetapkan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Terapi dengan menggunakan obat terutama di anjurkan untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien.Namun ada hal-hal yang tak dapat disangka dalam pemberian obat yaitu kemungkinan terjadinya hasil pengobatan tidak seperti yang di harapkan (Drug Related Problem) (Irawan, 2011). Penggunaaan obat yang rasional adalah sangat penting dalam terapi pengobatan pasien untuk mencegah adanya kegagalan dalam terapi pengobatan. Kampanye penggunaan obat rasional oleh WHO dilatar belakangi oleh dua kondisi yang bertolak belakang. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien. Bertolak belakang dengan kondisi kedua yaitu kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah penduduk dunia ternyata kesulitan mendapatkan akses memperoleh  obat esensial.
Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Pada umumnya penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan belum rasional.maka upaya penggunaan obat secara rasional harus dilaksanakan secara sistematis di semua tingkat pelayanan kesehatan dengan menggunakan strategi yang telah terbukti hasilnya (Menkes, 2006).

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram”?





C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah  Kota Mataram.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat disumbangkan dengan pelaksanaan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Bagi Penulis
1.      Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama perkuliahan kedalam bentuk nyata yaitu tentang pola penggunaan obat anti diabetes yang rasional.
2.      Bertambahnya pengetahuan mengenai penggunaan obat anti diabetes secara rasional.
b.      Bagi Instansi
1.         Sebagai bahan evaluasi pemberian obat anti diabetes di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
2.         Sebagai bahan masukan bagi dokter dalam pemilihan obat anti diabetes di Rumah Sakit Daerah Umum Kota Mataram





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personil terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
B.       Profil Rumah Sakit
1.      Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan kota mataram secara umum yang ingin meningkatkan derajat kesehatan, kemudian tercetuslah rencana untuk membangun Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan salah satu Rumah Sakit milik pemerintah Kota Mataram yang terletak di Kecamatan Mataram. Berdiri di lahan seluas 20.473 m2 dengan luas bangunan 7063 m2. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram mulai operasional dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sejak maret 2010 berdasarkan surat keputusan Walikota Nomor : 163/II/2010 tentang ijin penyelenggaraan operasional pelayanan.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor : 1225/MENKES/SK/VIII/2010 tangal 27 agustus 2010 dan peraturan daerah nomor 6 tahun 2010, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram menjadi Rumah Sakit kelas C.
2.      Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Rumah Sakit Umun Daerah Kota Mataram terletak di jalan Bung Karno no. 3 Pagutan Mataram Nusa Tenggara Barat (Telp. (0370) 640774, Fax. (0370) 646928, Nomor Kode Rumah Sakit. 5271087)
3.      Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Menjadi Rumah Sakit unggulan yang ramah dan profesional.
4.      Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
a.       Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif, profesional, dan bermutu tinggi bagi masyarakat Kota Mataram.
b.      Menyelenggarakan pelayanankesehatan yang mengutamakan kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan.
c.       Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan RSUD Kota Mataram.
5.      Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Melayani dengan “SMILE”.
·         S      : Senyum
·         M     : Mutu
·         I       : Inovatif
·         L      : Lengkap
·         E      : Efisien
6.      Tipe Rumah sakit
Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram menjadi Rumah Sakit kelas C, Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor : 1225/MENKES/SK/VIII/2010 tangal 27 agustus 2010 dan peraturan daerah nomor 6 tahun 2010.
C.    Kerangka Teoritis
1.    Pengertian Diabetes
Diabetes memiliki nama lengkap diabetes mellitus yang secara harfiah bermakna “gula madu”, berasal dari bahasa yunani yang berarti, mengalirkan melalui pipa dengan tekanan atmosfer. Secara eksplisit, kata tersebut menggambarkan dengan tepat mengenai penyakit ini, di mana pada tubuh penderita diabetes, air melewati tubuh seolah-olah dialirkan dari mulut dan langsung keluar melalui saluran kemih. Diabetes juga dikenal kencing manis, sebab air seni seseorang mengandung gula                      (Wibowo, 2013).  
2.    Jenis-Jenis Diabetes
Ada beberapa jenis penyakit diabetes mellitus diantaranya:
a.       Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini disebut insulin dependent diabetes mellitus, meliputi sistoma ketoasidosis hingga rusaknya sel β di dalam pangkreas, sehingga pangkreas tidak menghasilkan insulin. Diabetes tipe 1 biasanya muncul sejak usia kanak-kanak. Ada juga yang menderita penyakit ini sejak usia di bawah umur 30 tahun.
b.      Diabetes Tipe 2
Pada diabetes tipe 2, masalahnya bukan karena pangkreas tidak membuat insulin. Pangkreas tetap bisa memproduksi insulin tetapi jumlah tidak mencukupi atau sebagian besar insulin terserap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.
c.       Diabetes Tipe 3
Diabetes tipe ini termasuk kategori gestasional, diabetes tersebut terjadi selama masa kehamilan, setelah melahirkan kembali pulih seperti sedia kala ( Wibowo, 2013).
3.    Patofisologi
a.       Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau lengerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun amun adapula yang di sebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CM Virus, Herpes, dan lainsebagainya.
b.      Diabetes Mellitus Tipe 2
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan.
c.       Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer (Depkes RI, 2006).
4.    Gejala Penyakit Diabetes
Beberapa gejala umum yang muncul pada penderita penyakit diabetes adalah:
a.       Sering buang air kecil ( poliuria).
b.      Sering merasa sangat kehausan ( polidipsia).
c.       Banyak makan mudah lapar ( polifagia).
d.      Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
e.       Kesemutan pada kaki atau tangan.
f.       Kulit mudah mengalami masalah gatal dan luka kecil yang tidak segera sembuh.
g.      Susah tidur nyenyak.
h.      Sering kelelahan.
5.    Diagnosis
Diagnosis klinik umumnya akan diperkirakan apabila ada keluhan khas diabetes militus berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan penyebabnya. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa >126mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes militus, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Glukosa Plasma Puasa
Glukosa Plasma 2 jam
setelah makan
Normal
<100 dl="" mg="" span="">
<140 dl="" mg="" span="">
Pra diabetes
100-125 mg/dl
-
IFG atau IGT
-
140 – 199 mg/dl
Diabetes
≥ 126 mg/dl
> 200 mg/dl

Tabel 1. Kriteria Penegakan diagnosis


6.    Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi sebagai berikut:
a.       Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas, gemetaran, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita lupa makan pagi siang atau malam, berolah raga terlalu berat, mengkosumsi obat diabetes dalam dosis lebih besar dari seharusnya, minum alkohol dan mengkosumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan hipoglikemia.
b.      Hiperglikemia
Hiperglikemia disebabkan antara lain oleh setres, infeksi dan kosumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia di tandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan kabur.
c.       Makrovaskular
Ada 3 jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner ( coronary heart disease), penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah parifer ( peripheral vascular disease).
d.      Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi ( termasuk HbA1c) menyebabkan diding pembuluh darah menjadi makin lemah, rapuh dan terjadi penyubatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal ini yang mendorong komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati.
7.    Pencegahan
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes:
a.       menurunkan berat badan dan mencegah penumpukan lemak dalam tubuh, sebab lemak tersebut menyerap insulin.
b.      banyak mengkosumsi makanan berserat tinggi yang mengandung banyak glukosa kompleks.
c.       Mengurangi mengkosumsi makanan berlemak, makanan awetan, dan goreng-gorengan.
d.      Banyak minum air putih dan olahraga teratur.
e.       Menghindari stres, mengkosumsi alkohol dan softdrink  
8.    Farmakoterapi
a.       Terapi insulin
1)      Mekanisme kerja insulin
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam sel,insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral.insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel.
2)      Indikasi
a)      Semua penderita diabetes militus Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar pankreas kurang atau hampir tidak ada.
b)      Penderita diabetes militus Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c)      Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,infark miokard akut atau stroke.
d)     Diabetes Gestasional dan penderita diabetes yang hamil membutuhkan terapi insulin,apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e)      Ketoasidosis diabetik.
f)       Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik.
g)      Penderita diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
h)      Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i)        Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral.
3)      Cara pemberian
Pemberian insulin di lakukan dengan cara menyuntikan subkutan (di bawah kulit), penyerapan paling cepat terjadi didaerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas dan bongkong.
4)      Penggolongan insulin
Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
a)    Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler
b)     Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
c)    Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
d)    Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
5)      Sediaan insulin
Nama sediaan
Golongan
Mulai Kerja (jam)
Puncak (jam)
Masa Kerja (jam)
sediaan
Actrapid HM
Masa kerja singkat
0,5
1-3
8
40 UI/ml
Actrapid HM
Masa kerja singkat
0,5
2-4
6-8
100 UI/ml
Insulatard HM
Masa kerja sedang, mula kerja cepat
0,5
4-12
24
40 UI/ml
Insulatard HM penfill
Masa kerja sedang, mula kerja cepat
0,5
4-12
24
100 UI/ml
Monotard HM
Masa kerja sedang, mula kerja cepat
2,5
7-15
24
40 UI/ml dan 100 UI/ml
Protamin Zinc Sulfat
Kerja lama
4-6
14-20
24-36

Humulin 20/80
Sediaan campuran
0,5
1,5-8
14-16
40 UI/ml
Humulin 30/70
Sediaan campuran
0,5
1-8
14-15
100 UI/ml
Humulin 40/60
Sediaan campuran
0,5
1-8
14-15
100 UI/ml
Mixtard 30/70 penfil
Sediaan campuran



100 UI/ml
            Tabel 2. Bebrapa sediaan insulin yang beredar di indonesia
b.      Terapi obat hipoglikemik oral
Golongan
Contoh Senyawa
Mekanisme Kerja
Sulfonilurea
Gliburida/ Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
Merangsang sekresi insulin di kelenjar  pankreas, sehingga hanya
efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β pankreasnya masih berfungsi dengan baik
Meglitinida
Repaglinide
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas
Turunan
Fenilalanin
Nateglinide
Meningkatkan kecepatan sintesis
insulin oleh pankreas
Biguanida
Metformin
Bekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati.
Tidak merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas.
Tiazolidindion
Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone
Meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin. Berikatan dengan
PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin
Inhibitor α-
Glukosidase
Acarbose
Miglitol
Menghambat kerja enzim-enzim
pencenaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga
memperlambat absorpsi glukosa ke
dalam darah
                  Tabel 3. Penggolongan obat hipoglikelmik oral


c.       Terapi kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat hipoglikemik oral atau obat hipoglikemik oral dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

D.      Kerangka Konsep









Faktor kebijakan:
Formularium rumah sakit umum daerah kota mataram.
 




Pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasional rawat jalan di rumah sakit umum daerah kota mataram.
 
 










                                               
                                                Gambar 1. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Tempat dan Waktu Penelitian
1.         Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, di instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
2.         Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2014 dengan rancangan penelitian sebagai berikut :
No
Tanggal
Kegiatan-kegiatan
1.
18  2014 Juni
Menyerahkaan surat permohonan penelitian
2.
20 Juni 2014
Melakukan penelitian
Tabel 4. Rancanagan penelitian

B.       Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara Objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, pengolahan/ analisis data, membuat kesimpulan dan laporan (Wulandari, 2013).


C.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Karlina.S, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi pupolasi penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan yang menggunakan obat anti diabetes di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.

D.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010) dikutip dari (Irawan,2011). Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau total populasi pasien yang menggunakan anti diabetes berjumlah 77 pasien.

E.       Cara Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ada dua cara pengambilan sampel yaitu:
1.      Random sampling / probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi
2.      Non random sampling atau non probability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel (http://eprints.ung.ac.id/6347.).
Maka dari uraian diatas peneliti menggunakan cara Random sampling yaitu semua populasi yang menggunakan obat anti diabetes mempunyai kesempatan yang sama untuk di jadikan sebagai sampel.

F.       Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa tahap kegiatan yaitu:
1.      Observasi
Penelitian ini dengan melihat data instalasi farmasi meliputi nomor rekamedis, usia, jenis kelamin, dosis, frekuensi, diagnosa, dan cara pemberian obat. 
2.      Pengolahan data
                        Pengambilan datanya dilakukan secara manual dengan cara memeriksa setiap resep yang di berikan kepada pasien di sesuaikan dengan diagnosis pasien (Irawan, 2011).

G.      Bahan Penelitian
1.    Data  Instalasi Farmasi pasien yang menggunakan obat anti diabetes.
2.    Standar dari ISO dan pustaka lain yang berkaitan dengan penelitian.

H.      Cara Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan data akan menuntut kita kearah temuan ilmiah, bila di analisis dengan teknik-teknik yang tepat.
Menurut Ali (1993:171) di kutip dari ( Irawan, 2011), dalam rangka analisis data interprestasi data perlu dipahami tentang keberadaan data itu sendiri. Secara garis besar, keberadaan data dapat di golongkan kedalam dua jenis, yaitu data bermuatan kualitatif dan data bermuatan kuantitatif. Keberadaan bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan-catatan atau rekaman data-data, kalimat atau paragraph yang diperoleh dari wawancra, menggunakan pertanyaan terbuka, observasi, atau pemaknaan penelitian terhadap dokumen atau peninggalan. Sedangkan data bermuatan kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas), baik di peroleh dari sejumlah suatu penggabungan atau pengukuran.
Sesuai dengan uraian diatas maka data penelitian ini menggunakan analisis data bermuatan kualitatif yaitu catatan lapangan yang berupa catatan-catatan atau rekaman data-data, kalimat atau paragraph yang diperoleh dari wawancra, menggunakan pertanyaan terbuka, observasi, atau pemaknaan penelitian terhadap dokumen atau peninggalan.

I.         Definisi Operasional
1.    Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan dengan berbagai persatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Irawan, 2011).
2.    Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis karena suatu penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan tenaga medis untuk memulihkan kesehatannya. Sedangkan pasien rawat jalan adalah pasien yang menerima pelayanan kesehatan yang tidak menginap di rumah sakit. Yang dimaksud pasien dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang menggunakan anti diabetes di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram pada bulan Mei 2014.
3.    Pola Penggunaan Obat adalah petunjuk dan cara pemakaian obat pada waktu yang tepat dan penuh selama waktu pengobatan.
4.    Golongan Obat adalah jenis obat yang diresepkan oleh dokter sesuai dengan penyakit yang di alami dengan mempertimbangkan efek samping serta keadaan pasien.
5.     Dosis Obat yaitu jumlah obat yang diberikan pada penderita dalam satuan berat (gram,miligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter, atau unit-unit lainnya (unit Internasional).
6.    Frekuensi Pemberian obat yaitu banyaknya pemakaian obat dalam selang waktu tertentu, seperti 3 x 1 tab yang maksudnya diberikan atau diminum 3 kali dalam sehari (1 tablet).










BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai presentasi jenis penggunaan obat antidiabetes menunjukan bahwa obat Metformin dengan kombinasi Glimepiride yang paling sering diresepkan dokter kepada pasien diabetes JKN dan ASKES di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram yaitu dengan presentasi 42% untuk pasien JKN dan 34% untuk pasien ASKES.
Metformin merupakan suatu obat golongan bigunid yang biasa digunakan pada penderita Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis obat ini  bekerja untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Seperti kita telah ketahui bahwa DM terjadi salah satunya adalah akibat adanya resistensi insulin. Obat ini adalah obat yang pertama kali diberikan pada penderita yang baru diketahui menderita DM.Selain itu metformin juga bekerja menghambat terbentuknya glukosa oleh hepar. Hepar merupakan organ terbesar tubuh yang dapat menyimpan cadangan glukosa dalam bentuk glikogen. Glikogen ini akan diubah menjadi glukosa bila tubuh membutuhkan asupan glukosa. Untuk proses ini dibutuhkan juga laktat. Dengan dihambatnya proses pembentukan glukosa maka laktat di dalam darah akan meningkat.
Adapun efek samping yang dapat timbul dari penggunaan obat jenis Metformin gangguan pencernaan seperti mual, muntah, kembung, sering buang angin atau diare. Efek samping ini tidak berat namun pada beberapa individu merasa terganggu sehingga tidak mau untuk mengkonsumsi obat ini.
Sedangkan Glimepiride obat diabetes golongan sulfonilurea Cara kerja obat golongan ini masih merupakan ajang perbedaan pendapat, tetapi pada umumnya dikatakan sebagai:
a. Cara kerja utama adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
b. Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak.
c. Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimuli insulin transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak.
d. Penurunan produksi glukosa oleh hati.
e. Cara kerja pada umunya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap ATP.
Obat ini juga Mempunyai waktu mula yang pendek dan waktu kerja yang lama, dengan cara pemberian dosis tunggal. Efek farmakolog dinamiknya adalah mensekresi sedikit insulin dan kemungkinan adanya aksi dari ekstra pancreas. Untuk pasien yang ber-risiko tinggi yaitu :usia lanjut, gangguan ginjal atau yang melakukan aktivitas berat dapat diberikan obat ini.
Efek samping yang mungkin terjadi muntah, nyeri lambung, diare, pruritus, eritema, urtikaria, erupsi yang menyerupai ruam morbili atau makulopapular, hiponatremia, gangguan penglihatan atau penglihatan kabur. Leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, pansitopenia.




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa:
1.      Umur  pasien diabetes  > 50 tahun sampai < 60  baik dari pasien JKN (36%) maupun pasien ASKES (37%) mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes.
2.      Dari jenis kelamin, pasien berjenis kelamin  Perempuan mempuyai resiko lebih besar terkena diabes diabndingkan jenis kelamin laki – laki yaitu dengan presentasi pasien JKN sebesar (64%) dan pasien ASKES (58%).
3.      Kombinasi obat Metformin dan Glimepirid paling banyak diberikan atau diresepkan oleh dokter kepada pasien JKN (42%) dan ASKES (34%) yang mengalami diabetes di Rumah Sakit Umum daerah Kota Mataram.

B.     Saran
Adanya penelitian lebih lanjut mengenai pola penggunaan obat anti diabetes dengan adanya pembanding



Komentar

Postingan Populer